Teknologi

Studi F5: 72 Persen Korporasi Menghadapi Isu Tingkat lalu Inkompetensi Fakta Saat Adopsi Artificial Intelligence

60
×

Studi F5: 72 Persen Korporasi Menghadapi Isu Tingkat lalu Inkompetensi Fakta Saat Adopsi Artificial Intelligence

Share this article

Jakarta – Korporasi keamanan kemudian pengiriman program multicloud F5 menerbitkan laporan hasil studi mengenai situasi perusahaan pada waktu ini pada mengadopsi sistem artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.

F5’s 2024 State Teknologi AI Application Strategy Report mengungkap bahwa sementara 75 persen korporasi mengadopsi sistem Kecerdasan Buatan pada operasi bisnisnya, 72 persen dari jumlah keseluruhan yang dimaksud justru melaporkan adanya isu pada kualitas data juga inkompetensi data yang digunakan signifikan pada pengadopsian sistem tersebut. 

“AI  merupakan sumber daya yang digunakan mendisrupsi, yang mana dapat membantu korporasi di berinovasi juga menyediakan layanan digital yang digunakan bukan tertandingi. Akan tetapi, implementasi dari sistem Teknologi AI sangat rumit, yang apabila dilaksanakan tanpa pendekatan yang mana tepat dan juga aman, dapat meningkatkan risiko atau mengancam keamanan korporasi,” ujar Kunal Anand, Executive Vice President juga Chief Technology Officer dari F5, pada keterangannya, Kamis, 4 Juli 2024.

“Laporan terbaru kami menyorot sebuah tren topik yang dimaksud secara signifikan, yaitu berbagai korporasi, yang dimaksud pada keinginan dia untuk mengimplementasikan sistem AI, kurang memperhatikan permintaan menghadapi fondasi yang digunakan kokoh. Ketidaktelitian ini tiada cuma menyebabkan penurunan efektivitas dari sistem Teknologi AI namun juga mengakibatkan perusahaan untuk ambang ancaman keamanan,” tambahnya.

Sebagaimana korporasi mempunyai misi untuk terus mengembangkan layanan digital berbasis AI, studi ini menyoroti tantangan-tantangan yang digunakan mereka itu hadapi pada keseluruhan infrastruktur data, model, pengaplikasian layanan, juga lapisan-lapisan yang mana harus bisa jadi diatasi agar dapat dicapai adopsi juga pengaplikasian sistem Teknologi AI yang tersebut luas serta sukses.

Realitas serta Komitmen Generative AI

Organisasi korporasi sangat antusias terhadap prospek generative AI. Responden menyatakan bahwa hal ini merupakan salah satu yang digunakan paling menantang dari tren teknologi 2024. Namun pada kenyataanya, hanya sekali 24 persen dari responden yang tersebut menyatakan bahwa dia telah dilakukan mengimplementasikan Artificial Intelligence di operasionalnya.

Meskipun penyelenggaraan generative Teknologi AI pada waktu ini terus meningkat, akan tetapi masih sangat jarang dipergunakan untuk tujuan yang digunakan strategis. Berdasarkan studi ini, pemakaian generative Kecerdasan Buatan yang paling rutin dipergunakan adalah copilot kemudian alat produktivitas karyawan (40 persen), kemudian layanan layanan konsumen seperti chatbots (36 persen). Workflow automation (36 persen) juga termasuk pada prioritas teratas di pengaplikasian AI.

Ketika para pemimpin korporasi mengkaji tantangan pada menerapkan program berbasis Artificial Intelligence pada skala besar, dia menyebutkan tiga hambatan utama yang tersebut dihadapi pada lapisan infrastruktur:

   62 persen menyatakan  biaya komputasi merupakan pertimbangan yang utama di perluasan pemakaian AI.
   57 persen menyatakan kegelisahan akan kualitas sistem keamanan. Untuk menavigasi permasalahan ini, responden mengestimasi akan menggunakan dana 44 persen lebih lanjut banyak untuk mengatasi permasalahan keamanan yang disebutkan setidaknya untuk beberapa tahun ke depan selama pengembangan dilakukan.
   Lebih dari separuh responden (55 persen) menyatakan hasil kinerja dalam seluruh aspek model ini bermetamorfosis menjadi pertimbangan di penerapan AI.

Dalam data layer, data maturity merupakan tantangan yang tersebut tambahan besar serta nyata yang digunakan akan berdampak pada penyebaran implementasi AI:

   72 persen responden studi menyebutkan kualitas data lalu ketidakmampuan untuk meningkatkan praktik data sebagai rintangan utama pada meningkatkan skala AI.
   53 persen menyebutkan kurangnya keahlian Artificial Intelligence serta data sebagai hambatan utama.
   Meskipun 53 persen perusahaan menyatakan bahwa mereka itu mempunyai strategi pengelolaan data yang tersebut jelas, lebih besar dari 77 persen organisasi yang digunakan pada survei menyatakan bahwa merek tak miliki sumber data tunggal.

Mengacu pada laporan hasil studi ini, keamanan siber merupakan perasaan khawatir utama bagi personil yang digunakan bertugas untuk memberikan layanan Kecerdasan Buatan secara langsung. Faktor seperti serangan berbasis AI, keamanan data, kebocoran data, juga meningkatnya beban tantangan, berada pada rangkaian teratas pada daftar perasaan khawatir dari pengaplikasian AI.

Artikel ini disadur dari Studi F5: 72 Persen Korporasi Menghadapi Isu Kualitas dan Inkompetensi Data Saat Adopsi AI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *