Ibukota Indonesia (ANTARA) – Sebuah laporan dari website web mobil listrik Amerika Serikat (AS), Recurrent, dilansir laman Drive, Hari Senin (1/7), biaya penggantian penyimpan daya pada kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) bekas semakin menurun, seiring dengan semakin meluasnya teknologi ini.
Selain itu, penggantian komponen termahal pada mobil listrik ini cuma berlangsung pada 2,5 persen persoalan hukum pada kelompok studinya – dengan sebagian besar persoalan hukum terjadi pada kendaraan listrik generasi pertama, yang tersebut ketika ini telah lama berusia sekitar 14 tahun.
Menurut laporan tersebut, sebuah studi tahun 2019 oleh Mack Institute for Innovation Management di dalam Wharton School for Business menemukan bahwa harga jual penyimpan daya EV telah lama turun 16 persen antara tahun 2007 lalu 2019 – dengan harga jual rata-rata 161 dolar Negeri Paman Sam per kWh (Rp2,6 juta/kWh).
Pada akhir 2020, nilai rata-rata penyimpan daya sudah pernah turun berubah menjadi 137 dolar AS/kWh (Rp2,2 juta/kWh).
Baca juga: Perusahaan ke Eropa temukan sel EV baru mampu kurangi biaya
Baca juga: BYD juga CATL akan rilis akumulator dengan pengisian daya super cepat 6C
Namun, tren itu tidaklah berlanjut. Pada tahun 2021, biaya litium – substansi utama sebagian besar sel mobil – mulai meningkat tajam, mencapai puncaknya pada akhir tahun 2022 sebelum turun sekitar 20 persen pada awal tahun 2023. Harga tetap relatif stabil sejak akhir 2023.
Studi terbaru dari Recurrent menunjukkan bahwa biaya yang digunakan diperlukan untuk mengganti paket penyimpan daya tergantung pada beberapa faktor, seperti popularitas mobil, ketersediaan suku cadang, dan juga permintaan pada pasar.
Sementara biaya untuk mengganti penyimpan daya pada Nissan Leaf generasi pertama di dalam Amerika Utara turun berubah jadi sekitar 5.500 dolar Amerika Serikat (Rp90 juta) untuk akumulator 40kWh pada tahun 2020, atau setara dengan 137 dolar AS/kWh sebelum biaya tenaga kerja.
Harga telah dilakukan meningkat pada beberapa tahun terakhir, berubah menjadi 12.000 dolar Negeri Paman Sam (Rp196,7 juta) diantaranya biaya tenaga kerja.
Sebagai gambaran, untuk BMW i3, penyimpan daya bekas dijual dengan harga jual sekitar 145 dolar AS/kWh (Rp2,37 juta).
Fakta terbaru yang diambil oleh laporan yang disebutkan mengklaim bahwa penyimpan daya Tesla Model 3 pada waktu ini dijual dengan nilai tukar antara 133 dolar Negeri Paman Sam serta 161 dolar AS/kWh (Rp2,18 juta-Rp2,6 juta/kWh).
Tren selama hampir dua dekade menunjukkan tarif akumulator yang tersebut menurun, khususnya untuk kemasan akumulator bekas, kemudian kemungkinan akan terus merosot dengan meningkatnya total mobil listrik baru kemudian peningkatan kepemilikan.
Baca juga: Populix : 65 persen pengguna EV khawatir sisa elemen penyimpan daya pada waktu berkendara
Baca juga: Volkswagen masuki industri penyimpanan energi baterai
Baca juga: Menko Luhut: Elon Musk pertimbangkan penanaman modal elemen penyimpan daya EV dalam Indonesia
Artikel ini disadur dari Penggantian baterai EV makin murah